Senin, 14 Oktober 2013

TUGAS 2 "Cerita Pendek Tema Realita Sosial"

NAMA                   : ASTI IGA PURNOMO
NPM                      : 21211269
KELAS                  : 3EB17
MATA KULIAH   : BAHASA INDONESIA 2

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

       Suamiku yang teramat aku cintai dan sayangi, yang dahulu juga terlihat sangat menyayangi dan mencintaiku, perlahan-lahan mulai berubah. Setelah pernikahan ini ia teramat kasar padaku, aku tak pernah menyangka ia tega melakukan hal ini padaku. Ia yang seharusnya mengayomiku dan menjadi kepala keluarga yang baik tetapi justru dirinya yang menyakitiku dan sama sekali tidak menjadi kepala keluarga yang baik untuk rumah tangga kami.
       Ferdi nama suamiku, sudah 10 tahun aku menjalani rumah tangga ini dengannya. Dahulu ia adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta, tetapi sudah 5 tahun belakangan ini ia menganggur karena terkena PHK. Pada awal pernikahan ia masih terlihat amat mencintaiku, tetapi ketika pada tahun ke tiga pernikahan kami ia mulai sering memaki dan memukuli aku. Aku teringat ketika itu ia pulang kerja sampai larut malam dan aku menegurnya "Mas, kok pulangnya larut sekali ?". Tetapi yang kudapat adalah caci maki dan tamparan darinya. Saat itu suamiku berkata "Aku pulang larut malam bukan urusanmu !", aku hanya terdiam dan menangis saat dirinya memaki dan menamparku.
       Kekerasan dalam rumah tangga ini terus berlanjut, terlebih saat ia mulai menganggur karena terkena PHK, ia semakin cepat emosi. Tetapi walaupun suamiku bersikap seperti itu kepadaku, aku tetap mempertahankan pernikahan ini, terlebih lagi aku mempunyai anak yang masih berusia 6 tahun yang masih membutuhkan sosok seorang ayah.
        Aku dapat memaklumi jika ia tidak menafkahiku dan anakku, karena sekarang ini kondisinya memang ia masih menganggur. Untuk kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah anakku, aku mengandalkan dari gajiku sebagai seorang guru. Tetapi aku tidak habis pikir, suamiku masih saja bisa bermain judi dan mabuk-mabukkan di tengah himpitan ekonomi keluarga ini. Ketika aku menegurnya, ia justru malah memukuliku sampai tubuhku membiru. Bahkan seringkali ia meminta uang padaku secara paksa, jika aku tidak memenuhi permintaannya maka suamiku akan memukuli, menampar dan mencaci makiku. Ingin sekali aku mengadu pada ibuku, tapi apa daya ibuku telah tiada semenjak usia pernikahanku dengan Ferdi menginjak satu tahun.
       Saat ini yang dapat aku lakukan hanyalah selalu berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk membuka pintu hati suamiku agar ia berubah, aku sangat tidak kuat menjalani rumah tangga seperti ini. Dahulu memang pernikahanku dengan suamiku tidak pernah direstui oleh ibuku. Saat itu ibuku pernah berkata padaku "Tiara, Ibu tidak pernah suka sama pacarmu itu. Ibu lihat dia tidak baik untukmu, lebih baik kamu putuskan saja hubunganmu dengannya. Masih banyak pria yang baik untukmu. Ibu tidak ingin terjadi apa-apa denganmu.", tetapi saat itu aku tidak memperdulikan perkataan ibuku, karena saat itu aku telah dibutakan oleh cintaku pada Ferdi.
       Ternyata saat ini aku sadar, memang benar restu orang tua itu penting, seharusnya dahulu aku mendengarkan nasihat ibuku, tetapi waktu sudah berlalu dan nasi sudah menjadi bubur. Saat ini aku masih berusaha untuk mempertahankan rumah tangga ini, aku masih berharap suamiku dapat berubah. Aku berharap suamiku kembali seperti dulu lagi, Ferdi yang mencintaiku dan anakku, yang bisa menjadi kepala keluarga yang baik serta dapat mengayomiku dan anakku.